MAKALAH
AKHLAK
KEDUDUKAN
AKHLAK DAN PENDIDIKA AKHLAK
Di
susun guna memenuhi tugas mata kuliah: Akhlak
Dosen Pengampu: Casrameko, M. Pd. I
Disusun
Oleh:
Ahmad Muzaki (2012116039)
JURUSAN
D3 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) PEKALONGAN
TAHUN
AKADEMIK 2017/2018
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah membimbing kami menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan dan petunjuk-Nya,
penyusun tidak akan menyelesaikan makalah ini dengan penuh kelancaran.
Makalah ini kami susun agar pembaca dapat memahami tentang kedudukan akhlak
dan pendidikan akhlak. Penyusun juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak membantu
penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah yang sederhana
ini dapat memberi wawasan dan pemahaman yang luas kepada pembaca.
Penyusunan
makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Akhlak yang diampu oleh Bapak Casrameko, M. Pd. I di IAIN PEKALONGAN.
Penulis telah berupaya
menyajikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Disamping itu, apabila dalam makalah
ini didapati kekurangan dan kesalahan, baik dalam pengetikan maupun isinya, maka
penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari
pembaca guna penyempurnaan penulisan berikutnya. Akhirnya, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Aamiin ya robbal ‘alamiin.
Pekalongan,
13 September 2017
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR..............................................................................
DAFTAR
ISI..............................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN.........................................................................
1. Latar
Belakang.................................................................................
2. Rumusan
Masalah............................................................................
3. Tujuan
Pembuatan Makalah.............................................................
BAB
II PEMBAHASAN...........................................................................
1.Kedudukan
aklhlak bagi manusia......................................................
2.kedudukan akhlak dalam islam..........................................................
3. Pendidikan akhlakdan
meri- materi pndidikan akhlak .....................
BAB
III PENUTUP...................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA...............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam keseluruhan ajaran Islam, Akhlaq
menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting. Ajaran akhlaq dalam Islam
sesuai dengan fitrah manusia. Manusia akan mendapatkan kebahagiaan yang hakiki,
bukan semu bila mengikuti nilai- nilai kebaikan yang diajarkan oleh Al-Qur’an
dan sunnah, dua sumber akhlaq dalam Islam. Akhlaq Islam benar- benar memelihara
eksistensi manusia sebagai makhluk terhormat, sesuai dengan fitrahnya itu.
Ajaran akhlaq menemukan bentuknya yang
sempurna pada agama Islam dengan titik pangkalnya pada Tuhan dan akal manusia.
Agama Islam pada intinya mengajak manuusia agar percaya kepada Tuhan dan
mengakuinya bahwa Dialah Pencipta, Pemilik, Pemelihara, Pelindung , Pemberi
Rahmat, Pengasih dan Penyayang terhadap segala makhlukNya. Segala apa yang ada
di dunia ini, dari gejala-gejala yang bermacam-macam dan segala makhluk yang
beraneka warna, dari biji dan binatang yang melata di bumi sampai kepada langit
yang berlapis semuanya milik Tuhan, dan diatur oleh-Nya.
Selain itu agama Islam juga mengandung
jalan hidup manusia yang paling sempurna dan memuat ajaran yang menuntun umat
kepada kebahagiaan dan kesejahtraan. Semua ini terkandung dalam ajaran
Al-Qur’an yang diturunkan Allah dan ajaran sunnah yang didatangkan dari Nabi
Muhammad SAW.
Beriman kepada Allah dan beribadah kepada-Nya merupakan hubungan antara manusia dengan Allah. Maka akhlaq pertama kali berkaitan dengan hubungan mu’amalah manusia dengan manusia lain, baik secara perseorangan ataupun secara perkelompok. Tetapi perlu diingat bahwa akhlaq tidak terbatas pada hubungan manusia dengan manusia lain, tetapi lebih dari itu, juga mengatur hubungan manusia dengan segala yang terdapat dalam wujud dan kehidupan ini, maka lebih dari itu mengatur hubungan antara manusia dengan Allah.
Beriman kepada Allah dan beribadah kepada-Nya merupakan hubungan antara manusia dengan Allah. Maka akhlaq pertama kali berkaitan dengan hubungan mu’amalah manusia dengan manusia lain, baik secara perseorangan ataupun secara perkelompok. Tetapi perlu diingat bahwa akhlaq tidak terbatas pada hubungan manusia dengan manusia lain, tetapi lebih dari itu, juga mengatur hubungan manusia dengan segala yang terdapat dalam wujud dan kehidupan ini, maka lebih dari itu mengatur hubungan antara manusia dengan Allah.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka di
ambil sebuah rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
kedudukan akhlak bagi manusia.
2. Bagaimana
kedudukan akhlak dalam kehidupan islam.
3. Bagaimana
pendidikan akhlak dan materi pendidikan akhlak.
C. Tujuan Makalah
Dari
rumusan masalah tersebut, tujuan pembuatan makalah adalah sebagai berikut:
1. Memahami
kedudukan akhlak bagi manusia.
2. Memahami
kedudukan akhlak dalam kehidupan islam.
3. Memahami
pendidikan akhlak dan materi pendidikan akhlak.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Kedudukan Akhlak Bagi Manusia
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia
menempati tempat yang penting sekali, baik sebagai individu maupun sebagai
masyarakat dan bangsa. Sebab jatuh-bangun, jaya-hancur, sejahtera sengsara
suatu bangsa, tergantung kepada bagaimana akhlak masyarakat dan bangsanya.
Apabila akhlaknya baik, akan sejahteralah lahir-batinnya, tetapi apabila
akhlaknya buruk, rusaklah lahirnya dan batinnya.
Prestasi dan akhlak memiliki integritas
yang saling melengkapi dalam membentuk jiwa generasi muda yang ideal. Sebab itu
perlu peran penting seorang pendidik atau guru. Sebagaimana kita ketahui bahwa
guru agama atau
pendidik ialah orang yang memikul tanggung jawab
untuk membimbing. Guru
tidak sama dengan pengajar, sebab pengajar itu hanya
sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada murid. Prestasi yang tertinggi
yang dapat dicapai oleh seorang pengajar apabila ia berhasil membuat pelajar
memahami dan menguasai materi pelajaran yang diajarkan kepadanya. Tetapi
seorang pendidik bukan hanya bertanggungjawab menyampaikan materi pengajaran
kepada murid saja tetapi juga membentuk kepribadian seorang anak didik bernilai
tinggi. Berangkat dari teori diatas, kehancuran di Negara kita memang
disebabkan oleh orang-orang yang berakhlak buruk, baik orang tua maupun anak
remaja. Faktanya, banyak kita jumpai perilaku masyarakat yang tidak
mencerminkan akhlak yang mulia. Setiap hari, dari negeri kita tercinta ini
muncul berita korupsi, aborsi, seks bebas, penyalahgunaan narkoba, pertengkaran
antar sekolah, pencopetan, pembunuhan orang tua oleh anaknya sendiri atau
sebaliknya pemerkosaan anak oleh orang tuanya dan tindakantindakan lain yang
cenderung merusak dan tentu saja mengarah pada akhlak yang tercela. Semua itu,
salah satunya disebabkan oleh derasnya arus westernisasi dan informasi negatif.[1]
Sejalan dengan fakta yang diungkapkan di
atas, hal negatif atau buruk moral anak bangsa seraya menyebar seperti virus
yang sangat membahayakan dan menular. Kejadian tersebut bukan hanya peneliti
dengar tetapi juga melihat fakta di sekolah tempat peneliti mengajar. Fakta
yang selama ini peneliti temukan bahwa moral siswa jauh mengalami penurunan
dibandingkan dengan murid-murid di era tahun 1990 an.
Hasil fakta dan dokumentasi dari guru
kelas, membuktikan bahwa banyak kejadian di sekolah ini, terhadap tingkah laku
siswa yang melakukan pelanggaran-pelanggaran moral seperti mencuri barang
koperasi, tertangkap saat menonton video porno, mingisap rokok di tempat umum.
Dan lain sebagainya.
B. Kedudukan Akhlak dalam Islam[2]
Dalam
islam, akhlak memiliki posisi yang sangat penting yaitu sebagai salah satu
rukun agama islam. Dalam kaitan ini, rasulullah SAW. Pernah ditanya, “beragama
itu apa?” Beliau menjawab, “berakhlak yang baik” (HR. Muslim). Pentingnya
kedudukan akhlak dapat dilihat ketikamelihat bahwa salah satu sumber akhlak
adalah wahyu.
Akhlak
memberikan peran penting bagi kehidupan, baik yang bersifat individual maupun
kolektif. Tak heran jika kemudian Al-Quran memberi penekan terhadapnya.
Al-Quran meletakkan dasar- dasar akhlak mulia. Demikian pula Al-Hadits telah
memberikan porsi cukup banyak dalam bidang akhlak. Menurut satu penelitian,
dari 6000 hadist, 2000 diantaranya berkenaan dengan akidah, sementara misalnya
(4000) berkenaan dengan akhlak dan muamalah. Ini dapat dijadikan sebagai bukti
bahwa Al- Haidst, bagaimana Al-Quran, sangat memperhatikan urusan akhlak.
Diantara
hadist yang menekankan pentingnya akhak adalah sabdah rasulullah SAW.:
اَكِمَلُ اِلمُؤْ مِنِيْنَ
اِيْمَانًا اَحْسَنُهُمْ جُلُقًا
Artinya:
“mukmin yang paling
sempurna imannya adalah orang yang paling bagus akhlaknya.”
(H.R.
At- Tirmidzi)
اِنَّ
اْلمُؤْ مِنَ يُدْ رِكُ بِجُسْنِ جُلُقِهِ دَ رَ جَاتِ
قَائِمِ الَّيِلِ صَائِمِ النَّهَارِ
Artinya:
“sesungguhnya, seorang
mukmin akan bisa mencapai derajat shalat malam dan orang yang puasa dengan
akhlaknya yang mulia.”
(H.R. Ahmad)
Dalam
hadist yang lain, Rasulullah SAW. Pernah menegaskan:
لِكُلِّ دِيْنٍ خُلُقُ اْلاءِسْلَاَمِ اْلحَيَاءُ
Artinya:
“setiap agama
memiliki akhlak dan akhlak agama Islam
adalah rasa malu.”
(H.R. Imam Malik)
Islam
menuntut setiap pemeluknya untuk menjadikan Rasulullah SAW. sebagai contoh
dalam segala aspek kehidupan. Khusus dalam akhlak, Allah Swt. memuji beliau
dengan diiringi sumpah:
Artinya:
وَإِنَّكَ
لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“dan sesungguhnya
engkau benar- benar berbudi pekerti yang luhur.”
(Q.S. Al- Qalam [68]:
4)
Nabi Muhammad SAW. pun
mengabarkan bahwa orang yang paling sempurna keimanannya di antara umatnya
adalah yang paling baik akhlaknya. Dengan demikian, seyogyanya seorang muslim
berusaha dan bersemangat untuk memiliki akhlak yang baik dan merujuk pada
Rasulullah SAW. dalam berakhlak.
Dalam
kaitan dengan kedudukan akhlak Ibnu Maskawaih menerangkan,
“Islam pada
hakikatnya adalah suatu aliran etika.
Islam memperbaiki budi pekerti manusia sedemikian rupa sehingga manusia sanggup
menjadi anggota masyarakat pergaulan bersama. Islam menanamkan bibit cinta
kasih sayang dalam jiwa manusia.”
Paparan
ini, dengan jelas menunjukan bahwa risalah Islam memperjuangkan kesempurnaa,
kebaikan, dan keutamaan akhlak. Dengan demikian, umat Islam merupakan model
terbaik bagi implementasi akhlak mulia ini, sebagaimana diperlihatkan dengan
baik oleh Rasulullah SAW. dan para pengikutnya
C. Pendidikan Akhlak dan Materi-Materi Pendidikan
Akhlak
1. Pengertian[3]
Pendidikan
berasal dari kata didik,yaitu memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak
dan kecerdasan pikiran. Pendidikan akhlak dapat juga dapat diartikan sebagai
berikut :
1. Perbuatan
(hal, cara) mendidik;
2. (ilmu,
ilmu didik, ilmu mendidik) pengetahuan tentang didik atau pendidikan;
3. Pemeliharaan(latihan-
latihan) badan, batin, dan jasmani;
Pendidikan
adalah proses medidik manusia dari kegelapan, kebodohan, dan penceraan
pengetahuan. Dalam arti luas pendidikan baik formal maupun inteformal meliputi
segala hal yang memperluas pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan
tentang dunia tempat mereka hidup.
Menurut caranya
pendidikan terbagi menjadi 3 macam, yaitu
1. Pressure, yaitu pendidikan berdasarkan paksaan (secara
paksa);
2. Latihan
untuk membentuk kebiasaan;
3. Pendidikan
dimaksutkan untuk membentuk hati nurani yang baik;
Hakikat
dan tujuan pendidikan erat hubungannya dengan
tanggapan hidup, demikian juga cara-cara melakukan pendidikan dala
praktek. Pendidikan dapat diwujudkan dalam berbagai cara baik positif atau
negatif.
Cara- cara positif:
1. Memberi
teladan yang baik;
2. Latihan
untuk membentuk kebiasaan;
3. Memberi
perintah;
4. Memberi
pujian
5. Hadiah.
Cara- cara negatif:
1. Mengadakan
berbagai larangan;
2. Celaan
dan teguran;
3. Hukuman
Pendidikan
akhlak Islam diartikan sebagai latihan mental dan fisik yang menghasilkan
manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab
dalam masyarakat selaku hamba Allah. Pendidikan akhlak Islam berarti juga
menumbuhkan personalitas (kepribadian) dan menanamkan tanggung jawab. Sebagai
landasan firman Allah surat Ali Imran Ayat 19
الدِّينَ
عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ
إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَنْ يَكْفُرْ
بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
”Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah
hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali
sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di
antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka
sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.”
Oleh
karena itu, jika berpredikat muslim benar-benar menjadi penganut agama yang
baik ia harus menaati ajaran islam dan menjaga agar rahmat Allah tetap berada
padadirinya. Dia harus mampu memahami, meghayati dan mengamalkan ajarannya yang
didorong oleh iman sesuai oleh akidah Islamiah. Untuk tujuan iitulah anusia
harus didik melalui proses pendidikan islam. Pendidikann akhlak Islam merupakan
sistem pendidikanyang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin
kehidupannya sesuai kehidupannya sesuai dengan cita-cita islam karena
nilai-nilai islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadian.
Oleh
karena Islam memedomani seluruh aspek kehidupan mnusia muslim baik duniawi
maupun ukharawi. Ditinjau dari aspek pengamalannya, pendidikan akhlak Islam
berwatak akomodatif kepada tuntutan kemajuan zaman yang ruang lingkupnya berada
didalam kerangka acuan norma-norma kihupan Islam. Jadi, pendidikan akhlak
islami meupakan suatu proses mendidik, memelihara, membentuk, dan memberikan
latihan mengenai akhlak dan kecerdasaan berfikir baik yang bersifat formal
maupun informal yang berdasarkan pada ajaran-ajaran Islam. Pada sistem
pendidikan Islam ini khusus memberikan pendidikan tentang akhlakul karimah agar
dapat mencerminkan kepribadian seorang muslim.
Ada
beberapa perkara yang menguatkan pendidikan akhlak dan meninggikannnya. Disini
akan dituturkan yang terpenting, ialah:[4]
a.
Meluaskan
lingkungan fikiran, yang telah dinyatakan oleh “Herbert Spencer” akan
kepentingannya yang besar untuk meninggikan akhlak. Sungguh, fikiran sempit itu
sumber beberapa keburukan, dan akal yang kacau
tidak dapat membuahkan akhlak yang tinggi. Kita melihat takutnya
beberapa orang disebabkan karena kurafat yang memenuhi otak mereka, dan banyak
dari suku bangsa yang biadab, berkeyaknan bahwa keadilan itu hanya di wajibkan
terhadap orang-orang suku mereka, adapun kepada lainnya tidak dikata lalim bila
merampas harta mereka atau mengalirkan darah mereka.
b.
Berkawan dengan
orang yang terpilih. Setengah dari yang dapat mendidik akhlak ialah berkawan
dengan orang yang terpilih, karena manusia itu suka mencontoh, seperti
mencontoh orang sekelilingnya dalam pakaian mereka, juga mencontoh dalam
perbuatan mereka dan berperangai dengan akhlak mereka.
c.
Membaca dan
menyelidiki perjalanan para pahlawan dan yang berfikiran luar biasa. Sungguh
perjalanan hidup mereka tergambar dihadapan pembaca dan memberi semangat untuk
mencontoh dan mengambil tauladan dari mereka. Dan yang berhubungan dengan
semacam ini ialah perumpamaan dan hikmah kiasan, yang banyak mempengaruhi jiwa
dan lebih dekat dengan fikiran.
d.
Yang lebih
penting memberi dorongan kepada pendidikan akhlak ialah supaya orang mewajibkan
dirinya melakukan perbuatan baik bagi umum, yang selalu diperhatikan olehnya
dan dijadikan tujuan yang harus dikerjakannya sehingga hasil. Tujuan-tujuan ini
banyak, dan orang dapat memilih menurut apa yang sesuai dengan keinginan dan
kesediaannya.
e.
Apa yang kita
tuturkan didalam “kebiasaan” tentang menekan jiwa melakukan perbuatan yang
tidak ada maksud kecuali menundukkan jiwa, dan menderma dengan perbuatan
tiap-tiap hari dengan maksud membiasakan jiwa agar taat, dan memelihara
kekuatan penolak sehingga diterima ajakan baik dan ditolak ajakan buruk.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ahlak merupakan suatu perlakuan yang tetap sifatnya di dalam jiwa seseorang
yang tidak memerlukan daya pemikiran di dalam melakukan sesuatu tindakan. Berdasarkan
apa yang telah menjadi pokok bahasan pada materi di atas, maka secara sederhana
dapat di tarik sebuah kesimpulan yaitu ahlak merupakan cerminan dari agama
islam itu sendiri, dimana bila ahlak seorang manusia mencerminkan sebuah
kebaikan, kesucian, kesopanan dan lain sebagainya yang bertujuan menggapai rido
allah swt. Yang menjadi ukuran baik dan
buruknya ahlak adalah syarak, yaitu apa
yang diperintahkan oleh syarak, itulah yang baik dan apa yang dilarang oleh
syarak itulah yang buruk. Perkembangan teknologi dapa mempengaruhi lingkungan
serta kebudayaan masyarakat. Apabila dalam dingkungan masyarakat tersebut tidak
memiliki tembok yang kuat, niscaya keruntuhan ahlak dan morallah yang akan
terjadi. Yaitu di mulai dengan hilangnya norma-norma dalam masyarakat tersebut.
B. Saran
Kerusakan
ahlak pada manusia di sebabkan oleh pengaruh lingkungan yang semakin hari,
semakin kebarat baratan yang selalu menurutu hawa nafsu yang menggebu-gebu
dalam menggapai ataupun meraih sebuah tujuan. Namun dengan adanya pengaruh
syaitan yang sangat kuat dalam diri manusia itu sendiri, yang menjadikan tujuan yang baik, menjadi merosot kearah keburukan
yang menyesatkan kehidupan manusia baik di dunia maupun akherat. Untuk itu
marilah kita secara sadar dan bersama-sama menjalanka kaidah dan menguatkan
nlai- nilai aqidah islam dalam jiwa kita degan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Yatimin.
2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Quran. Cetakan ke-1. Jakarta:
AMZAH.
Amin, Ahmad. 1995. Al- Akhlak. Cetakan
ke-8. Jakarta: Bulan Bintang.
Anonim.
2011. “Fungsi Akhlak
Bagi Kehidupan Manusia”. http://pondokpesantrennurulhasanah.blogspot.co.id/2011/04/fungsi-akhlak-bagi-kehidupan-manusia.html.
Diakses Rabu, 13 September 2017 pukul 14.00 WIB.
Anwar,
Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf. Cetakan ke-1. Bandung: Pustaka Setia.
[1]
Anonim, “Fungsi Akhlak
Bagi Kehidupan Manusia”, http://pondokpesantrennurulhasanah.blogspot.co.id/2011/04/fungsi-akhlak-bagi-kehidupan-manusia.html,
diakses Rabu 13 September 2017 pukul 14.00 WIB
[2]
Rosihon Anwar, akhlak tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia 2010) hlm.23
[3]
Yatimin Abdullah, studi akhlak dalam perspektif Al-Quran, (jakarta:AMZAH
2007), hlm.21
[4]
Ahmad Amin, Al- Akhlak (Jakarta: Bulan Bintang 1995), hlm.62
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-8692340335696596"
crossorigin="anonymous"></script>